Ketua IPW Minta Polri Lebih Profesional, Melihat Angka Kematian Suporter Sepakbola Meningkat - METRO JATIM

Breaking

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Jumat, 05 Oktober 2018

Ketua IPW Minta Polri Lebih Profesional, Melihat Angka Kematian Suporter Sepakbola Meningkat


Banyuwangi, Metro Jatim;

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menyatakan prihatin melihat melonjaknya angka kematian suporter sepakbola di negeri ini. Dimana kenaikannya hampir mencapai 100 persen di tahun 2018. Dalam catatan, di tahun 2017 hanya ada 9 suporter yang tewas dan di tahun 2018 melonjak menjadi 17 suporter tewas.


Sebab itu, kata Neta S Pane, jika Liga 1 memang hendak digulirkan lagi akhir minggu ini, harus ada jaminan dari Polri bahwa aparaturnya mampu bekerja profesional dalam menjaga dan mengamankan pertandingan sepakbola. Jika tidak ada jaminan dari Polri, sepakbola akan tidak terkendali dan akan menjadi ajang pembantaian anak manusia. Sebab apa yang terjadi di Bandung pada bulan lalu, dimana suporter Persija tewas dikeroyok suporter Persib adalah gambaran kelengahan dan kecerobohan polisi. 


"Aksi pengeroyokan itu terjadi di sekitar stadion dan sebelumnya disebut sebut ada sekelompok orang yang melakukan swepping. Lalu kenapa Polrestabes Bandung sebagai penanggungjawab keamanan tidak mengantisipasinya ?Kemana polisi saat pengeroyokan terjadi di sekitar stadion. Akibat peristiwa ini Liga 1 dihentikan sementara," sebutnya sebagaimana siaran pers nya yang dikirim ke media ini, Kamis (4/10/18) malam.


Dikatakan ketua presidium IPW ini, cara kerja kepolisian dalam mengamankan pertandingan sepakbola selama ini perlu dievaluasi. Sebab sejak tiga tahun terakhir angka kematian suporter terus meningkat, baik di dalam stadion maupun di sekitar stadion maupun di luar stadion. 


"Tahun 2016 misalnya ada 6 suporter tewas, lima dikeroyok dan satu kecelakaan lalulintas. Tahun 2017 naik, ada 9 tewas, yang 6 di antaranya dikeroyok, dua jatuh di stadion dan 1 kecelakaan lalin. Tahun 2018 melonjak, ada 17 suporter tewas yang 6 di antaranya dikeroyok dan 9 kecelakaan lalin dan 2 lainnya jatuh di stadion," bebernya.


Melihat data data ini, semakin nyata pertandingan sepakbola akan menjadi mesin pembunuh. Terutama jika jajaran Polri tidak bekerja profesional dalam menjaga keamanan di setiap pertandingan. "Dengan terlibatnya Polri melalui PS Bhayangkara dalam Liga 1, seharusnya even sepakbola bisa lebih aman dan aparatur kepolisian bisa lebih profesional dalam menjaga even even Liga Indonesia. Bukannya jumlah korban tewas justeru melonjak hampir 100 persen di tahun 2018 ini," sergah Pane.


Untuk itu, jika belum ada jaminan dari Polri, sebaiknya even Liga 1 jangan digelar dulu. Bagaimana pun jajaran kepolisian tidak bisa menyalahkan panitia jika terjadi masalah keamanan, karena tanggungjawab keamanan menjadi wewenang kepolisian. 


"Jika situasinya memang tidak memungkinkan, kepolisian punya wewenang untuk menunda atau memindahkan pertandingan tersebut agar tidak jatuh korban tewas dalam setiap pertandingan sepakbola," pungkas Pane. (Agus)

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini