Pertarungan Sengit 3 Bacalon Bupati Kediri 2020, Dalam Adu Visi Misi Diuji Publik Partai Gerindra - METRO JATIM

Breaking

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Selasa, 28 Januari 2020

Pertarungan Sengit 3 Bacalon Bupati Kediri 2020, Dalam Adu Visi Misi Diuji Publik Partai Gerindra

Dua Bacalon Bupati Kediri 2020, H. Masykuri Dan H. Supadi

Kediri, Metro Jatim;

Pasca Pertarungan sengit 3 Bacalon Bupati Kediri, sampai sekarang gaungnya masih menggema di seantero Kediri. Pertarungan seru yang  terjadi di Rapat Koordinasi Cabang Khusus (Rakorcabsus) Partai Gerindra Kabupaten Kediri, Sabtu (25/1/2020) terus menjadi trending topik di Kediri. 

Dalam uji publik tersebut para calon memaparkan visi dan visi serta programnya di hadapan ribuan kader militan partai Gerindra dari semua dapil. Termasuk unsur DPC dan DPD Jatim.

Pelaksanaannya sendiri digelar di Gedung Serbaguna Balai Desa Karangrejo Ngasem. Dalam uji publik ini, kader dan masyarakat bisa mengetahui kualitas dan figur masing-masing calon serta bisa menilai kualitasnya. Pemaparan visi misi ini tentunya akan dilakukan selama lima tahun ke depan nantinya. 

H. Supadi Didampingi Sang Istri Mbok Irah

Giliran pertama Drs. H. Masykuri Ichsan, M.M., memaparkan program pelayanan terhadap masyarakat Kabupaten Kediri yang secara geografis berada di pedesaan dengan program unggulan "Desa Digital". Dengan program ini masyarakat dalam pengurusan administrasi tidak perlu datang kekantor pemerintahan tapi cukup dengan menggunakan gadget. "Untuk mengurus kebutuhan administrasi, masyarakat tidak perlu kekantor desa, cukup buka aplikasi android semua terlayani dengan cepat dan akurat," kata Wakil Bupati Kediri itu dan langsung disambut sorak sorai para audiens. 

Saat sesi pertanyaan, salah seorang warga Kecamatan Papar menanyakan bagaimana tindakan H. Masykuri dalam memangkas pelayanan yang lamban dan berbelit....? "Dengan program desa digital itu, semua akan terlayani dengan sistem, karena seluruh kantor desa kita fasilitasi dengan jaringan internet, sehingga tidak ada lagi pelayanan yang berbelit, semua akan menggunakan sistem aplikasi," jawab Masykuri dengan tegas.

Usai H. Masykuri, giliran kedua dilanjutkan oleh Drs. H. Mujahid, M.M., saat sesi tanya jawab, terjadi kejadian diluar dugaan, saat Dewi Aminah, kader Gerindra menanyakan masalah sertifikasi yang sudah lama macet tidak terbayarkan, padahal saya mengabdi jadi guru sejak tahun 1993. Mendapat satu pertanyaan tersebut bacalon yang dijagokan oleh keluarga dinasti Sutrisno itu tak mampu menjawab pertanyaan dan mati kutu.

Mujahid sempat kaget dan gelagapan, karena pertanyaan tersebut tidak diperhitungkan sebelumnya, sehingga mantan Kepala Kesbangpol itu terkesan menjawab seenaknya tampak tidak menguasai materi. "Barang kali itu menjadi keprihatinan saya, tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan, perlu kita tingkatkan. Aspek demografi masyarakat Kabupaten Kediri menjadi prioritas, untuk mewujudkan itu semua, skala prioritas saya adalah dunia pendidikan," jawaban Mujahid terkait sertifikasi yang macet langsung disambut gelak tawa para peserta. 

Materi yang disampaikan oleh Mujahid tidak sesuai dengan ekspektasi masyarakat Kabupaten Kediri yang menginginkan perubahan, yakni perubahan pola pelayanan masyarakat. Sedangkan yang disampaikannya, sama persis apa yang disampikan saat kampanye kepada kalangan guru Paud, guru pendidikan umum maupun guru guru madrasah yang selama ini dilakukan dengan kedok pembinaan.

Sementara itu Supadi, yang sekarang menjabat Kepala Desa (kades)  Tarokan, mendapatkan giliran tampil terakhir. Dia mengangkat masalah kesejahteraan rakyat kecil. Tanpa diduga sebelumnya, Supadi bisa membawa suasana cair, kenalkan dulu, nama saya Supadi.. simple.. Supadi.. Nama tersebut mempunyai makna yakni "Sudah Pasti Jadi"... yang langsung disambut tepuk tangan para kader.

Supadi mampu menguasai panggung dan bisa menghipnotis ribuan kader Gerindra. Dia bisa memaparkan kondisi Kabupaten Kediri yang sebenarnya saat ini. 

“Untuk pedagang kaki 5, para pelaku UMKM, Para guru GTT, PTT, yang selama ini belum dapat perhatian Pemerintah. Terutama yang GTT, PTT yang selama ini hanya mendapat gaji 250 ribu per bulan, coba bayangkan gaji cuma 250 ribu sebulan. "Makanya saya memberanikan diri berdiri disini untuk mengangkat derajat saudara-saudara kita orang kecil. Didasari nanti birokrasi yang profesional dan bersih, bebas dari tekanan, rasa takut dari atasan," katanya.

Karena sudah ditanamkan dengan niat yang ikhlas untuk mengabdi pada masyarakat. Semua itu pelayan masyarakat, bukan ingin dilayani oleh masyarakat. "Dibirokrasi yang profesional adanya pakta integritas, nanti kita bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk seluruh masyarakat Kediri," tegasnya, yang disambut tepuk tangan. 

"Saya ini orang desa, saya orang kecil, saya tau apa yang diinginkan oleh masyarakat kecil, saya didampingi oleh istri saya, keluarga bagi saya adalah nomer satu. Motto dalam hidup saya," sebaik baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang banyak. 

"Saya sangat heran, mengapa silva Kediri kok sampai 600 milyar. Dana ini sangat diperlukan oleh masyarakat Kediri, untuk membangun, mensejahterakan semua masyarakat. Ini berarti program kerja yang sudah diagendakan tidak jalan," tegasnya sambil gelengkan kepalanya. 

Ketua DPC Gerindra Kediri, H. Arip Junaidi (kiri) Bersama Ketot Gautama (kanan)

Menyinggung masalah pelayanan publik, Supadi berjanji akan memangkas semua pelayanan publik yang berbelit belit, muter muter yang bikin masyarakat pusing. "Pelayanan yang seharusnya sehari jadi harus sehari jadi. Begitu juga dengan perijinan, jangan malah mempersulit investor masuk ke Kediri, jangan sampai kalah sama nganjuk yang sekarang investor pada lari ke Nganjuk, sekarang di wilayah Rejoso jadi wilayah industri," pungkasnya. (Rs'08)

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini