BAHASA ISYARAT BUKAN BAHASA ASING - METRO JATIM

Breaking

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini

Kamis, 28 Februari 2019

BAHASA ISYARAT BUKAN BAHASA ASING

Rahmatul Maghfiroh

Oleh:
Rahmatul Maghfiroh
Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Semester 8 Universitas PGRI Madiun
Penyandang tunarungu atau tuli merupakan salah satu karakteristik yang dikategorikan luar biasa yang mempunyai masalah pada pendengarannya, terutama dalam kemampuan berbicara dan berbahasa.

Rendahnya kemampuan intelegensi yang disertai dengan ketidakmampuan mendengar bagi anak tunarungu berdampak kepada kesulitan dalam berpikir abstrak dan kesulitan menerima informasi serta memproses informasi verbal. Sebagian besar cara berkomunikasi orang-orang tuli ialah menggunakan bahasa tangan yaitu bahasa isyarat.

Bahasa isyarat merupakan salah satu jenis bahasa asing yaitu bahasa yang digunakan penyandang tuli untuk berkomunikasi.

Saat ini bahasa isyarat sedang ramai dikampanyekan agar masyarakat luas dapat mengerti dan mengakses bahasa isyarat layaknya bahasa asing lain.

Kekreatifan mahasiswa kelompok 2 Universitas PGRI Madiun yang membuka peluang berjasa di Dusun Griyan, Dawuhan, Pilangkenceng, Kab. Madiun yaitu membuka kelas isyarat untuk warga sekitar. Dengan tujuan awal ialah mengenalkan kebudayaan tuli yaitu berkomunikasi dengan bahasa isyarat kepada dunia. Dan juga sebagai bentuk apresiasi masyarakat agar ramah disabilitas.

Antusias masyarakat sekitar tentangpentingnya bahasa isyarat pada era sekarang sangat baik. Pasalnya banyak diluar sana yang merasa acuh tak acuh dengan kehidupan kaum difabel dan belum ramah difabel. Dengan adanya program kelas isyarat ini diharapkan masyarakat lebih peduli akan sesamasalah satunya juga peduli dengan kaum difabel. Namun ada satu prinsip yang selalu dipakai oleh volunteer yaitu kaum difabel tidak untuk dikasihani namun kita bantu dan bimbing karena “kita sama dan setara”.

Dengan bekal pengalaman dan pengetahuan dalam menerjemahkan bahasa isyarat, volunteer ingin membagi ilmunya tersebut kepada banyak pihak. Tidak hanya mudah untuk dipahami, namun juga mudah diingat karena memang sebagian orang secara tidak sadar atau reflek pun mereka berkomunikasi dengan orang tuli pun menggunakan bahasa isyarat. Yang membedakan hanya dari segi durasi percakapan dan keintiman dalam pembahasan cerita. Orang tua yang memiliki anak tuli pun lebih sering menggunakan bahasa oral atau bahasa mulut dan bahasa kolok yaitu bahasan isyarat rumahan yang termasuk dalam salah satu jenis bahasa isyarat di Indonesia.

Selain bertujuan untuk me-universal-kan bahasa isyarat sebagai bentuk kepedulian terhadap kaum difabel. Dengan belajar bahasa isyarat, masyarakat bisa berkomunikasi dengan orang tuli secara global. Dan dengan program yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh mahasiswa KKN UNIPMA, program ini merupakan bentuk inovasi terbaru yang di ciptakan oleh mahasiswa UNIPMA yang aktif dan kreatif.

Post Top Ad

Pasang Iklan Disini