Trenggalek, Metro Jatim;
erkebun sering disebut sebagai tindakan penuh cinta yang mengajarkan seseorang untuk menghargai kehidupan dalam segala bentuk. Orang yang gemar berkebun dikenal sebagai pribadi yang sabar, kreatif, bijaksana, dan mampu mencintai dengan tulus. Nilai-nilai inilah yang membuat mereka dinilai memiliki kepribadian "green flag" dalam hubungan. Kisah perjalanan Mas Tuwuh dari Trenggalek adalah bukti nyata bagaimana kecintaan pada tanaman dan hewan ternak membentuk karakter tangguh dan penuh ketekunan.
Awal Mula Sebuah Kunjungan yang Mengubah Hidup
Awal cerita berawal dari Desa gandeng Jati Prahu RT 14 RW 06 , Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek.kamis 04/12/2025 Seorang pemuda bernama Mas Tuwuh priyadi suatu hari berkunjung ke rumah temannya yang berprofesi sebagai petani sekaligus peternak kambing. Dari kunjungan itu, muncul rasa penasaran dan motivasi yang kuat. "Gimana rasanya berkebun dan beternak kambing? Gimana to rasanya menjadi petani?" pikirnya. Rasa ingin tahu itulah yang menjadi titik balik, mendorongnya untuk memulai langkah baru.
Proses Belajar Bertanya dan Mencoba Secara Bertahap
Tekad sudah bulat. Mas Tuwuh priyadi pun memulai perjalanannya dengan penuh kerendahan hati. Ia belajar secara bertahap, mulai dari cara berkebun, jenis pupuk yang digunakan, interval pemupukan (berapa minggu atau bulan sekali), hingga seluk-beluk beternak kambing Etawa. Ia tak lelah bertanya pada temannya yang sudah berpengalaman. "Bagaimana caranya beternak kambing? Solusinya bagaimana? Cara memberi makan yang tepat?" Semua ia gali dengan seksama.
Inovasi dan Pengalaman Menemukan Solusi Mandiri
Dari proses belajar itu, Mas Tuwuh priyadi tak hanya menyerap teori, tetapi juga berinovasi. Ia mendapatkan pengalaman berharga untuk menanam rumput sendiri sebagai pakan dasar kambing-kambingnya. Ia juga aktif mencari alternatif pakan yang tidak mudah basi. "Kambingnya dikala dirinya ada acara keluar tidak kebingungan," ujarnya. Persiapan ini menjamin keberlangsungan ternaknya meski ia sedang tidak di rumah.
Berkebun dengan Semangat Pantang Menyerah
Di lahan kebunnya, Mas Tuwuh priyadi menanam berbagai komoditas seperti timun, tomat, jeruk, lombok, dan sawi. Ia menyadari sepenuhnya risiko yang dihadapi petani, termasuk saat harga hasil panen anjlok. Namun, semangatnya tak pernah padam. "Walaupun pada waktu panennya di waktu harga turun, tapi dia tetap semangat dan tidak putus asa dengan apa yang di gelutinya," tuturnya. Seperti prinsip orang Jawa, ia 'njaluk tulung' dan 'ditlateni' (diusahakan dengan tekun dan sabar).
Harapan untuk Masa Depan Kesejahteraan Bersama
Harapannya ke depan sederhana namun penuh makna agar harga hasil pertanian dan peternakan bisa stabil dan meningkat, sehingga jerih payahnya dapat dinikmati. Namun, harapan itu tidak hanya untuk dirinya sendiri. "Tetapi seluruh petani juga bisa menikmati hasil panennya," ungkapnya dengan penuh kepedulian. Ia menginginkan kesejahteraan yang merata bagi sesama pelaku usaha di sektor pertanian.
Ketekunan yang Menghijaukan Hidup dan Hubungan
Kisah Mas Tuwuh priyadi adalah cerminan nyata dari nilai-nilai "green flag" yang lahir dari kecintaan terhadap bumi dan kehidupan. Kesabaran merawat tanaman dan hewan ternak melatihnya untuk menjalin ikatan yang mendalam, baik dengan alam maupun dengan orang di sekitarnya. Kegigihannya di tengah ketidakpastian harga, serta kemauannya untuk belajar dan berbagi, menjadikannya sosok inspiratif. Ia membuktikan bahwa berkebun dan beternak bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebuah jalan hidup yang mengajarkan ketulusan, kedalaman, dan cinta yang berkelanjutan. (Wwn)


