![]() |
| Foto : Taufik Irianto (kiri) penerima hibah PLTS dari kementerian lewat PENS, Luki Setia Mahendra, S.T, M.T (kanan) dosen pembimbing dan koordinator pemasangan PLTS |
Kediri, Metro Jatim;
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) melakukan terobosan penting dalam program pengabdian kepada masyarakat dengan memasang sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) hybrid di kediaman pembudidaya ikan, Taufik Irianto, di dusun Nepen desa Krecek kecamatan Badas kabupaten Kediri. Program ini merupakan hibah dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi untuk mendukung penguatan energi bagi pelaku UMKM dan kelompok perikanan.
Tim dosen dan mahasiswa PENS yang dipimpin oleh Luki Setia Mahendra, S.T, M.T, menjelaskan bahwa instalasi ini menerapkan sistem hybrid, yaitu kombinasi antara suplai listrik PLN dan tenaga surya. Daya maksimal PLTS mencapai 400 watt, yang akan menyuplai kebutuhan listrik kandang ayam dan perangkat pakan otomatis, serta disimpan dalam baterai sehingga tetap dapat digunakan pada malam hari.
“Tujuan utama pemasangan PLTS ini adalah memperkuat ketahanan energi pelaku UMKM dan kelompok perikanan setempat, terutama karena wilayah ini kerap mengalami pemadaman listrik bergilir,” ujar Luki.
Menurutnya, pemadaman listrik yang sering terjadi berpotensi menimbulkan kerugian besar bagi pembudidaya ikan. Sistem aerasi dan sirkulasi air yang terhenti menyebabkan ikan rentan mati mendadak dalam jumlah besar.
Dalam pelaksanaannya, PENS menerjunkan lima personel, tiga orang di lapangan dan dua orang di kampus untuk menyelesaikan pengaturan sistem. Kendala utama yang dihadapi adalah cuaca hujan yang beberapa kali menghambat proses uji coba sistem kelistrikan.
“Kami berharap hibah ini tidak hanya bermanfaat, tapi juga berkelanjutan. Kami akan memberikan pelatihan perawatan (maintenance) agar sistem dapat digunakan secara mandiri,” tambah Luki.
Penerima manfaat hibah, Taufik Irianto, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya. Menurutnya, listrik merupakan kebutuhan vital dalam proses pembesaran ikan karena berkaitan langsung dengan sistem pompa air dan aerasi di kolam.
“Pemadaman listrik di sini sering terjadi. Kalau listrik mati saat kami sedang ngumpulkan atau memelihara ikan, risikonya sangat tinggi. Ikan bisa mati total,” jelas Taufik.
Sebelum ada bantuan PLTS, Taufik mengandalkan listrik PLN sepenuhnya. Kerusakan pada sistem listrik, terutama pada mesin pompa air, membuat proses budidaya semakin berisiko.
Taufik mengungkapkan bahwa kebutuhan benih ikan sedang meningkat tajam, terutama saat musim penghujan. Permintaan datang tidak hanya dari Jawa, tetapi juga dari luar daerah seperti Medan dan Manado.
“Alhamdulillah, tahun ini kebutuhan benih meningkat. Banyak permintaan dari luar daerah,” ujarnya.
![]() |
| Foto : Pemasangan jaringan PLTS di Nepen Krecek, Badas kab. Kediri oleh mahasiswa PENS didampingi dosen pembimbing |
Ia juga menyebut bahwa dirinya belum pernah mendapatkan bantuan pemerintah selain program PLTS dari PENS.
Taufik berharap kampus PENS terus mengembangkan kepedulian dan inovasi bagi masyarakat. Ia bahkan mengusulkan pengembangan alat pengering ikan skala kecil, khususnya untuk ikan ukuran baby (dua jari hingga satu jempol), yang menurutnya memiliki prospek besar.
“Kalau bisa ada hibah untuk alat pengering ikan, semacam oven kecil untuk ikan baby, itu sangat dibutuhkan dan peluang pasarnya bagus,” ungkapnya.
Pemasangan PLTS hybrid ini diharapkan menjadi model yang dapat diperluas ke kelompok tani dan pelaku usaha lain di sekitar Nepen Krecek. PENS menegaskan komitmennya untuk terus menyalurkan inovasi teknologi tepat guna bagi masyarakat. (RD)

