Sumenep, Metro Jatim;
Modus kejahatan siber kian marak salah satunya melalui modus pharming yang menyasar pengguna layanan perbankan digital. Menyikapi hal itu, PT BPRS Bhakti Sumekar Sumenep mengimbau nasabahnya agar lebih waspada terhadap berbagai bentuk penipuan daring yang berpotensi mencuri data pribadi dan akses rekening, Sabtu (11/10/2025).
Modus pharming dilakukan dengan cara mengarahkan korban ke situs palsu yang meniru tampilan laman resmi perbankan. Saat korban mengetik alamat situs atau mengklik tautan tertentu, data pada perangkat akan tersimpan dalam cache, memberi peluang bagi pelaku untuk mengambil alih akun digital korban secara ilegal.
Melalui akun resmi Instagram-nya, BPRS Bhakti Sumekar Sumenep mengingatkan masyarakat untuk tidak gegabah membuka tautan mencurigakan dan selalu memastikan akses dilakukan hanya melalui kanal resmi milik bank.
"Jangan terkecoh! Penipu bisa menyamar jadi siapa saja. Tetap waspada. Keamanan akun BBS Mobile ada di tangan Anda. Jangan beri peluang penipu untuk mengambil alih akun Anda,” tulis BPRS Bhakti Sumekar.
Sementara Direktur Utama BPRS Bhakti Sumekar Hairul Fajar menegaskan, peningkatan kesadaran digital menjadi benteng pertama dalam mencegah kejahatan siber. Edukasi tentang keamanan data pribadi kini dianggap sama pentingnya dengan layanan keuangan itu sendiri.
Menurut BPRS Bhakti Sumekar, banyak kasus penipuan bermula dari kelengahan pengguna yang tanpa sadar mengklik tautan jebakan. Karena itu, kehati-hatian dan kebiasaan memeriksa kembali sumber pesan menjadi langkah sederhana namun efektif untuk menghindari jebakan siber.
Selain itu, bank daerah tersebut juga mengingatkan agar masyarakat tidak pernah memberikan data sensitif seperti PIN, kata sandi, maupun kode OTP kepada siapa pun, termasuk pihak yang mengaku sebagai pegawai bank.
Melalui kampanye digitalnya, BPRS Bhakti Sumekar berkomitmen terus mengedukasi masyarakat agar lebih paham terhadap ancaman dunia maya yang semakin kompleks. Lembaga ini menegaskan, keamanan layanan perbankan bukan hanya tanggung jawab institusi, tetapi juga hasil dari kewaspadaan pengguna setiap hari.
"Langkah proaktif ini diharapkan mampu membangun budaya literasi digital di kalangan nasabah, sehingga setiap transaksi keuangan berjalan aman tanpa ancaman penipuan siber," ungkapnya. (Yakoeb)